Blogger templates

Komunitas Blogger Kalimantan Selatan Blogger Banua

Monday 17 September 2012

Analogi Segelas Air

Oke, disini aku berbagi sedikit tentang sebuah analogi segelas air, yang sangat menginspirasi. Awalnya hanya karena kultum dari sahabat tercinta kami irsa widyanti, hehe dapet bocoran bahwa si doi ngambil materinya dari blog-nya Pak Jamil Azzaini, seorang inspirator sukses mulia, bisa langsung kenalan ya, itu udah di link ke twitter berliau. oke judul dari artikel tersebut adalah Segelas Air. Nah, bisa langsung capcus kesana (tgl Klik judulnya) atau melanjutkan membaca review dari saya semua sah-sah aja :)

Lanjut dulu boleh?
Cerita singkat dari sebuah arti kehidupan yang mengena dan menjadi koreksi diri. Tentang bagaimana bersyukur dan menyikapi arti sebuah kekayaan. Saya akui, terkadang bahkan mungkin sering kita terlupa akan nikmat-nikmat kecil yang harusnya sangat pantas untuk kita syukuri. :). Cerita dari khalifah Harun Al-Rasyid yang bertanya pada ulama terkemuka kala itu, Abu As-Samak. Kemudian Khalifah ini minta untuk dinasehati (Alangkah baiknya jika semua pemimpin mau dinasehati bahkan meminta dinasehati). "Nasihatilah Aku" kata sang Khalifah kepada Abu As-Samak. Bersamaan dengan itu lewat seorang pelayan yang membawa air, sang ulama-pun bertanya "Jika dalam keadaan yang sangat-sangat haus, sedangkan air itu sangat susah untuk didapatkan, apa yang akan anda bayarkan?", khalifah menjawab "setengah dari kekayaanku". Kemudian khalifah lantas meminum air tersebut, dan Abu As-Samak kembali bertanya "jikalau apa yang anda minum tadi, sangat mendesak untuk keluar sedang anda tidak sanggup mengeluarkannya maka apa yang akan anda bayarkan agar yang anda minum tadi bisa keluar." Sekali lagi khalifah menjawab "Setengah dari kekayaanku".

Setelah itu Abu As-Samak berkata, “Kalau demikian, sadarilah bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan yang ada di sisimu, nilainya hanya segelas air. Tidak wajar diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak. Ketahuilah pula betapa banyak nikmat Allah selain segelas air itu yang telah Anda nikmati, sehingga tidak wajar jika Anda tidak mensyukurinya.” (saya kutip langsung ini dari blog-nya Pak Jamil Azzaini)
InsyaAllah semua bisa nangkep maksud-nya kan yah? Kembali pada diskusi kelompok kecil kami, cerita diatas menjadikan sebuah renungan bagi kami semua. Seperti sebuah teguran, karena terkadang hanya karena sebuah kesulitan kecil, ada saja keluhan yang terekspresikan meski hanya helaan nafas yg berat. Atau ketika sebuah rahmat dari Allah yg kurang disyukuri, hingga akhirnya tersadar. Pada saat tertentu hal yg berharga menjadi sangat murah, dan juga sebaliknya. Cerita diatas menunjukkan bahwa harga dari kekayaan hanya bernilai segelas air. Dan coba kita lihat, nafas sederhana yg kita rasakan sekarang jika suatu saat menemui situasi yg tidak menyenangkan akankan nafas ini gratis seperti saat ini? Bahkan untuk nikmat bernafas saja kita sering lupa mensyukurinya. *teguran keras untuk diri sendiri*

Karena Allah teramat sayang dan mengasihi kita maka kita masih diingatkan untuk mensyukuri nikmatNya. Right? *Ngikut Ippho*

Selanjutnya, analogi segelas air tidak berhenti sampai disini. Dari Kak ichi, sebuah analogi lagi tentang segelas air. Agak menyentil tentang parenting *entah kenapa* mungkin karena adik-adiknya ini sedang dalam masa mencari kekasih hati yang terbaik dunia dan akhirat makanya harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk sang kekasih :p. Soalnya sahabat kita Imut sedang dalam proses :D (*semoga Allah menjaga proses itu dalam kebaikan yang berujung pada kebaikan). Pendidikan terhadap anak dianalogikan sebagai segelas air. Ketika air dalam sebuah gelas itu terwarnai oleh sesuatu (semacam teh, susu, kopi atau sirup barangkali), maka air dalam gelas itu akan menjadi berwarna meski yang diberikan hanya satu atau dua sendok. Ya kan? Nah, bagaimana kalau segelas air yang telah terwarnai itu ingin kita beningkan kembali. Kira-kira perlu air putih sebanyak apa untuk mengembalikan kejernihannya? 1 gelas? 2 gelas? atau lebih? bahkan bisa mencapai puluhan gelas? Bisa dilihat nggak sobat apa maksud dari analogi ini? Ketika seorang anak yang tadinya memang bening kemudian ada hal-hal yang membuatnya nakal, kita sebagai (*calon) orang tua harus benar-benar sabar untuk terus membina hingga kenakalannya semakin memudar hingga jernih kembali dengan terus membina dan sabar karena diperlukan banyak sekali air putih untuk membuat jernih satu gelas air putih yang terwarnai oleh sedikit sekali komponen luar (semacam teh, susu, kopi atau sirup barangkali). InsyaAllah sobat semua ngerti ya.. :)

Ada lagi sebenarnya kisah hikmah tentang analogi segelas air. Nanti saya sambung ya sobat di posting berikutnya InsyAllah :)

No comments:

Post a Comment