Oke sobat semua, sesuai janji saya. Sekarang saya akan melanjutkan cerita tentang analogi segelas air yang saya bersama sahabat-sahabat liqo bahas ya. Kemaren sudah ada dua kan yah? Yang pertama yang saya contek dari pak Jamil azzaini dan dari kak ichi tentang perenting itu kan. :) bisa cek disini. Sekarang isna mau lanjutin ya yang kami bahas kemaren.. Sudah siap? Yuk lanjut :D
Analogi ketiga setelah segelas air tentang parenting kemaren, adalah tentang bagaimana segelas air ini merupakan gambaran dari ilmu yang kita miliki. Semua setuju kan ya kalau ilmu harus dibagi. Layaknya sebuah gelas kosong yang terisi penuh dengan ilmu, kemudian alangkah indahnya jika ilmu itu kita bagikan kegelas kosong lain yang ada disekitar kita sehingga gelas kosong milik kita siap untuk diisi ilmu kembali. Bisa dibayangkan seandainya air di gelas itu tidak dibagikan kepada gelas lainnya ketika ilmu kembali ditambahkan pada gelas tersebut, ilmu itu akan meluber dari gelas. Maka akan sangat indah jikalau adanya ilmu dalam diri untuk terus dibagi. Semua sobat sepakat kan ilmu yang dibagi bukan menjadi hilang dari kita tapi menjadi sedekah buat kita dan investasi. Ilmu yang dibagi tidak akan hilang dan malah akan terus bertambah setuju?
Karena berbagi takkan pernah melemahkan kita bahkan sebaliknya akan menguatkan keberadaan kita sebagai salah satu dari hamba Tuhan yang senantiasa berbagi kemanfaatan bagi orang banyak :) (kalo di twitter mesti ada yang nulis, yang setuju RT ya), Nah kalao di blog gimana dong tuh? Hehe
Analogi segelas air berikutnya, disampaikan oleh teman saya yang tercinta Norhayati (Cahaya Hidup yang insyAllah menjadi cahaya kehidupan bagi keluarganya dan liqo kami tentunya :)). Agaknya mirip dengan analogi diatas. langsung ya...
Ibarat Keselamatan dan keberkahan untuk rasulullah saw, adalah sebuah gelas yang berikan sholawat keselamatan atas rasul maka semakin banyak orang yang bersholawat atas rasul maka akan semakin penuh gelas tersebut. Semakin banyak yang bersholawat maka gelas itupun takkan mampu lagi menampung keselamatan atas rasulullah dan menjadi luber tentunya.. karena Rasulullah saw telah cukup untuk selamat maka sholawat keselamatan yang kita haturkan akan terus luber dan merembesi setiap lingkungan disekitar gelas, maka sholawat kita seyogya-nya adalah sholawat yang terus meluber dan menjadi keselamatan untuk pengikut rasulullah yang tidak lain dan tidak bukan adalah kita sendiri. Maka terus lah bersholawat karena kita akan mendapat manfaat sholawat itu juga :D. Dan semakin dekatkan lah diri kita terhadap rasulullah, insyaAllah syafa'at rasulullah untuk umat yang mencintai Allah dan rasul-Nya.
Oke, Selanjutnya kita bahas tentang analogi segelas air yang terakhir yang disampaikan oleh saudari tercinta yang telah sangat dekat selama 7 tahun belakang ini. Yep Vicka Saraswati. :)
InsyaAllah saya yakin banyak teman yang sudah mendengar analogi segelas air dan danau. Yep banyak kan yah di internet? Sebenarnya di SMA dulu bersama-sama vicka kami bersua dengan yang namanya buku cerita hikmah dari negeri seberang yang unknown author. Salah satu dari sekian banyak cerita hikmah di buku tersebut ada yang namanya segelas air dan danau. Saya pakai bahasa saya sendiri ya sobat. Jadi sebuah gelas yang berisi air kita berikan tidak usah banyak sampe segenggam, cukup satu sendok makan saja kira-kira jika sobat disuruh merasakan airnya tentu semua sepakat air didalam gelas itu akan terasa asin, sangat asin malah kan ya? Tetapi coba jika sobat sekalian masukkan segenggam atau sesendok makan garam tadi kedalam sebuah danau, kira-kira air di danau tersebut menjadi asin tidak ya? saya yakin sobat semua bisa menjawabnya dengan tepat.
Tidak berbeda dengan hati manusia yang lapang dan sempit ketika menerima sebuah cobaan, teguran, rintangan, kritikan, atau semacamnya, bagi yang berhati sempit akan sangat pekat terasa semua hal asin (karena kita ngambilnya garam bukan kopi) yang terjadi padanya, selayaknya segelas air. Dan bagi yang berhati lapang maka asinnya (lagi2 karena kita pake garam ya?) kehidupan tidak lantas mengasinkan dia karena lapangnya hatinya, seperti sebuah danau tadi. Oke kira-kira orang yang tumbuh menjadi orang besar, orang yang berhati bagaimana kah? kebanyakan orang besar adalah mereka yang berhati besar. :) itu sobat sekalian. :D
No comments:
Post a Comment